Sebuah Cerita Nike Ardilla
Akhirnya Si Bungsu pun Lahir
Jeritan seorang anak manusia yang lahir di Bandung tanggal 22 September 1939 dari pasangan asal Bandung Ruminah dan Oeoe Oesman ini sekarang ada yang menyahut. Tangisan seorang bayi perempuan yang diidamkannya sekarang ada dihadapannya, sedang di azdani oleh salah seorang anak kostnya. Air mata keharuan yang mengalir dari sudut matanya menjadi saksi bahwa inilah kebahagiaan seorang wanita. Melahirkan bayi yang entah sampai kapan ada di pangkuannya.
Raden Rara Nike Ratnadilla kemudian
diberikan suaminya setelah menunaikan tugasnya di pulau seberang. Dua nama depannya merupakan gelar bangsawan asal tanah Pasundan yang harus disandangnya, karena salah satu orangtuanya adalah keturunan darah biru. Kelahiran anaknya terjadi beberapa hari menuju pergantian tahun tak menjadikannya sesuatu hal yang istimewa. Kelahiran anak bungsunya yang sejenis Siti Hawa, istri Adam merupakan sebuah hal yang teramat istimewa bagi sang ayah. Dua anaknya yang lahir lebih dahulu, Deden Soni Prinadi dan Alan Yudi Ruswanto berjenis kelamin sama dengan dirinya.
Raden Eddy Kusnadi memang menginginkan bayi yang sedang dikandung istrinya sembilan bulan lalu adalah perempuan. Berbagai usaha dilakukan. Termasuk meminta para pemuka agama yang dipeluknya, Islam sampai pemuka agama lain seperti pendeta dan sebagainya. Tuhan pun mengabulkan doa dan usahanya ini. Sedikit penyesalan bagi Papi, panggilan di lingkungan keluarganya, yang merupakan keturunan darah biru dari kota Ciamis, Jawa Barat tidak bisa menyaksikan senyum pertama anak bungsunya itu ketika lahir ke dunia.
Detik menjadi tahun seakan singkat menyaksikan perempuan mungil yang sering digendongnya ini. Wajahnya yang sangat lucu dan tingkahnya yang menggemaskan membuat semua orang di rumah yang ditinggalinya bersama para penghuni kost yang kesemuanya laki-laki terpukau pada si Neng, panggilan si bayi yang sekarang sudah pintar menyanyi dengan suara cadelnya itu.
Satu yang terlihat janggal adalah kulit dan wajahnya mirip manusia persilangan dua ras, yang di Indonesia sering disebut orang Indo. Mungkinkah ini karena beberapa waktu sebelumnya, Papi pernah meng-Islamkan orang bule yahg tinggal tak jauh dari rumahnya? Entahlah, yang pasti, Mami, begitu Nining Ningsihrat dipanggil sangat menginginkan anaknya adalah perempuan seperti sebagian anak kost yang bekerja sebagai pramugari.
Komentar
Posting Komentar